Efektivitas dan Hambatan Komunikasi Antar Persona

I
Pendahuluan

A.    Latar Belakang
Manusia tidak dapat tidak berkomunikasi. Setiap hari, kita selalu melakukan komunikasi baik kepada diri kita sendiri atau kepada orang lain. Komunikasi dilakukan karena manusia adalah makhluk sosial yang hidupnya tidak dapat sendirian, membutuhkan
orang lain. Ketika berkomunikasi, seringkali terjadi kegagalan atau keberhasilan. Hasil tersebut tergantung bagaimana kita sebagai pelaku komunikasi melakukan proses komunikasi itu sendiri. Untuk meminta bantuan kepada teman, kita pasti akan menggunakan bahasa yang sopan dan tidak memaksa. Sebaliknya, jika kita merasa tidak suka kepada seseorang, maka bisa jadi kita akan acuh tak acuh kepada orang tersebut bahkan melakukan tindakan fisik yang kasar dan mengeluarkan kata-kata yang menyakitkan.
Jika dalam berkomunikasi tidak ada feedback atau umpan balik, mungkin komunikasi tersebut tidak ada bedanya dengan kita berbicara kepada benda mati. Salah satu jenis komunikasi yang sudah melekat dalam kehidupan kita adalah komunikasi antarpersona. Komunikasi ini berbeda dari kebanyakan jenis komunikasi, karena saat itu juga komunikator menerima feedback dari komunikan begitu pula sebaliknya. Mengobrol, misalnya. Apapun topiknya, apapun balasan yang diberikan oleh komunikan kepada komunikator itu tetap komunikasi antarpersona. Komunikasi ini menjadi penting karena kaitannya dengan kehidupan sosial seseorang.
Makalah ini membahas mengenai komunikasi antarpersona, efektivitas dan hambatannya; bagaimana komunikasi antarpersona dapat efektif dan menjadikan perbincangan lebih nyaman, atau sebaliknya, bagaimana komunikasi antarpersona dapat mengalami kegagalan akibat hambatan-hambatan yang ada di dalamnya.

B.     Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas:
1.      Apa yang disebut dengan komunikasi antarpersona?
2.      Bagaimana efektivitas dan hambatan dalam komunikasi antarpersona?


II
Pembahasan

A.    Definisi Komunikasi Antarpersona
Sebagai makhluk sosial, manusia tidak bisa tidak berkomunikasi dengan sesamanya. Salah satu bentuk komunikasi yang sering kita lakukan sehari-hari adalah komunikasi antarpersona atau juga yang biasa disebut dengan komunikasi antarpribadi.
Komunikasi antarpersona adalah komunikasi yang berlangsung dalam situasi tatap muka antara dua orang atau lebih, baik secara terorganisasi maupun pada kerumunan orang (Wiryanto, 2004).
Menurut Devito (1989), komunikasi antarpersona adalah penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik segera (Effendy,2003, p. 30)
Komunikasi antarpersona adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal atau nonverbal. Komunikasi antarpersona ini adalah komunikasi yang hanya dua orang, seperti suami istri, dua sejawat, dua sahabat dekat, guru-murid dan sebagainya (Mulyana, 2000, p. 73).
Komunikasi antarpersona antara dua orang adalah komunikasi dari seseorang ke orang lain, dua arah interaksi verbal dan nonverbal yang menyangkut saling berbagi informasi dan perasaan.
Komunikasi antarpersona antara tiga orang atau lebih, menyangkut komunikasi dari orang ke beberapa oarng lain (kelompok kecil). Masing-masing anggota menyadari keberadaan anggota lain, memiliki minat yang sama dan/atau bekerja untuk suatu tujuan

B.     Efektifitas dalam Komunikasi Antar Persona
            “Seberapa baik kita belajar bergantung pada kemampuan kita untuk memperoleh dan memahami informasi. Meskipun Douglas MacArthur dikenal seorang orang yang sangat mendominasi pertemuan, dia pandai bicara dan menjelaskan sesuatu sangat tepat, namun satu hal yang patut di catat bahwa dia adalah seorang yang sangat mendengarkan. Bahkan, dia yakin apa yang dilakukan itu karena dia belajar mendengarkan dari percakapan, dia memang memiliki kebiasaan untuk pertama tama mendengarkan dan menahan diri untuk berbicara sebanyak mungkin.”
            Dari ilustrasi di atas, bisa ditarik kesimpulan bahwa komunikasi yang efektif tidak diukur dari banyak atau sedikitnya kata yang diucapkan, melainkan konten atau isi yang dimaksud dapat tersampaikan dengan baik. Oleh karena itu, komunikasi antarpersona dianggap penting karena mempunyai tahap menurut Jallaludin Rakhmat yakni :
1.  Pembentukan Hubungan.
Tahap ini sering disebut sebagai tahap perkenalan (acquintance process). Fokus pada tahap ini adalah proses penyampaian dan penerimaan informasi dalam pembentukan hubungan. Informasi yang diperoleh tidak selalu melalui komunikasi verbal melainkan juga melalui komunikasi nonverbal.

2.  Peneguhan Hubungan
Hubungan antarpersona tidak bersifat statis tetapi selalu berubah. Untuk memelihara dan memperteguh hubungan antarpersona diperlukan tindakan-tindakan tertentu untuk mengembalikan keseimbangan. Ada empat faktor penting untuk memelihara keseimbangan, yaitu keakraban, kontrol,respons yang tepat dan nada emosional yang tepat.

3. Pemutusan Hubungan
Suatu hubungan antarpersona yang paling harmonis sekalipun dapat mengalami pemutusan hubungan, mungkin karena kematian, mungkin karena konflik yang tidak terselesaikan dan sebagainya.

Komunikasi antarpersonal dinyatakan efektif bila pertemuan antara pemangku kepentingan terbangun dalam situasi komunikatif-interaktif dan menyenangkan. Efektivitas komunikasi sangat ditentukan oleh validitas informasi yang disampaikan dan keterlibatan dalam memformulasikan ide atau gagasan secara bersama. Bila berkumpul dalam satu kelompok yang memiliki kesamaan pandangan akan membuat gembira, suka dan nyaman. Sebaliknya bila berkumpul dengan orang atau kelompok yang benci akan membuat tegang, resah dan tidak enak.

C.    Hambatan Dalam Komunikasi Antarpersona
Salah satu hal yang membedakan komunikasi antarpersona dengan bentuk komunikasi lainnya yaitu pada bentuk komunikasi ini para pelakunya dapat memperoleh feedback secara langsung dan bertukar peran sebagai komunikan dan komunikator. Di dalam mengolah feedback tersebut, para pelaku komunikasi tidak dapat keluar dari persepsi komunikasi. Persepsi adalah suatu proses yang memungkinkan suatu organism menerima dan menganalisis informasi (Brian Fellows). Namun, tidak jarang kita jumpai hambatan-hambatan dalam berkomunikasi. Berikut adalah beberapa hambatan persepsi dalam komunikasi antarpersona:
1.      Salah Seleksi
Seleksi merupakan tahap pertama dalam proses pembentukan persepsi. Salah seleksi tentu saja dapat menjadi penghambat dalam komunikasi, misalnya kita memandang bahwa orang yang sudah tua biasanya memiliki wawasan yang luas dan lebih bijaksana sehingga seringkali kita meminta pendapat kepadanya untuk memecahkan suatu masalah. Seleksi yang demikian tentu saja tidak sepenuhnya benar dan hal tersebut dapat menjadi penghambat dalam komunikasi antarpersona.

2.      Terlalu Percaya Diri
Dalam berbagai riset di bidang psikologi bisnis disebutkan bahwa “orang  orang yang terlalu percaya diri menampilkan perilaku melebih-lebihkan pengetahuan dan kemampuan mereka, meremehkan berbagai kemungkinan resiko, mengganggap gampang mengendalikan usaha.”
Nofsinger (2001) mengatakan bahwa:
a.       Terlalu peracaya bisa terjadi  hanya jika seseorang  memiliki tingkat akurasi tinggi melakukan sesuatu dalam waktu yang sangat singkat.
b.      Terlalu percaya diri akan berkurang bila akurasi kegagalan meningkat antara 50-80 %
c.       Perbedaan antara tingkat akurasi dan tingkat keyakinan tidak berhubungan dengan keerdasan dari seseorang dalam membuat keputusan (Satnokov, 1999)
3.      Bias
Bias persepsi merupakan suatu keadaan dimana individu melakukan kesalahan aktribusi mendasar karena mempermasalahkan situasi, keadaan atau orang lain sebagai penyebab kegagalannya, sebaliknya individu yakin bahwa keberhasilan yang dia alami merupakan usaha dan ketekunannya. Contohnya mahasiswa yang tidak lulus ujian sering mengatakan kalau mereka tidak lulus bukan karena tidak belajar tetapi karena situasi dan kondisi ujian yang tidak memungkinakan mereka tidak lulus.
4.      Konsekuensi yang Tidak Menguntungkan
Konsekuensi yang dimaksud dalam hal ini ialah konsekuensi yang sangat dipengaruhi oleh perbedaan budaya seperti pada orang jepang (budaya timur) dan orang amerika (budaya barat). Jika orang barat melihat suatu masalah dengan cara pandangnya yang analistis, maka orang-orang jepang akan melihatnya dengan cara pandang yang lebih holistic (luas). Misalnya, pada saat dua orang wartawan jepang disandera di Irak.

5.      Tergesa-gesa Memutuskan Sesuatu
Tergesa-gesa berarti buru-buru, melakukan sesuatu dengan cepat tanpa dipikir konsekuensinya terlebih dahulu, sehingga dalam keadaan tergesa-gesa kita tidak dapat membuat keputusan yang tepat dan matang. Tergesa-gesa juga bisa disebut dengan rushing, yang artinya tidak lain adalah terburu-buru, melakukan sesuatu karena mepet atau terbatas waktu.

6.      Emosi
Emosi sulit didefinisikan, namun kita sudah sangat familiar dengan istilah emosi ini. Emosi berkaitan dengan perasaan seseorang, persepsi yang dia buat terhadap sesuatu atau orang lain bahkan beberapa perancang iklan memanfaatkan emosi konsumen dalam iklan produk mereka. Emosi jika dikontrol dengan baik tidak akan menimbulkan efek yang berbahaya bagi kehidupan berkomunikasi.

7.      Mengutamakan yang Kontras
Kontras dapat diartikan juga sebagai sesuatu yang menonjol. Ketika kita menemukan sesuatu yang sangat berbeda maka kita akan langsung sadar dengan perbedaan tersebut, misalnya ketika kita masuk ke dalam ruangan dengan lampu 10 watt dan 100 watt, maka kita akan merasakan kontras antara gelap dan terang. Kita otomatis akan langsung memilah mana yang lebih tinggi dan mana yang lebih rendah, dengan begitu polarisasi telah mendorong kita untuk mengutamakan hal yang kontras tersebut.

8.      Stereotip
Stereotip berarti persepsi atau pendapat kita terhadap fenomena yang terbentuk karena kurangnya pengetahuan kita terhadap hal tersebut, misalnya kita berstereotip bahwa semua orang kulit hitam (Negro) pasti pintar menyanyi, wanita-wanita Eropa selalu menggunakan bikini saat mereka ke pantai dan lainnya. Stereotip ini akan mempengaruhi bagaimana kita akan bergaul dengan orang atau kelompok tersebut.

9.      Kesan Pertama
Kesan pertama sangat melekat pada saat menjumpai seorang individu, kita akan mengabaikn kesan-kesan berikutnya meskipun kesan yang muncul berikutnya merupakan kesan buruk, maka hal tersebut tidak akan dianggap karena kesan yang akan selalu diingat dalam hambatan komunikasi merupakan kesan pertama yang didapat.

10.  Efek Pygmalion
Efek Pygmalion merupakan bentuk lain dari “self-fullfiling prophecy” dimana setiap orang selalu diinternalisasi oleh label positif dan berusaha untuk bekerja sesuai dengan label tersebut. Efek Pygmalion juga memiliki peranan penting dalam dunia kerja. Seperti manajer, bos, dan atasan perusahaan sering membuat sesuatu yang memengaruhi kerja dan keberhasilan karyawan agar mampu meningkatkan prestasi.

11.  Kesimpulan yang Berlebihan
Orang-orang sering berpikir secara otomatis atau menggeneralisasi sesuatu hal, peristiwa, atau perilaku orang secara berlebihan (overgeneralizing). Karena pikiran-pikiran yang otomatis itu melekat pada ingatan maka cenderung terdorong membuat generalisasi yang mendistorsi persepsi kita tentang apa yang kita lihat. Kita menganggap secara umum perilaku yang dilakukan terhadap masalah kecil yang sering terjadi. Terdapat beberapa aspek dalam konsep ini :
1. Membesar-besarkan suatu hal
2. Personalisasi
3. Berpikir takhayul
4. Berpikir dikotomis

12.  Terlalu Menganggap Sederhana
Seringkali kita mengatakan sebuah hal yang tidak sesuai dengan apa yang ada sebenarnya. Bukan berbohong, namun melakukan oversimplification. Misalnya ketika kita ditanya mengenai jumlah uang yang kita miliki, kita akan mengatakan, “tidak terlalu banyak, hanya satu juta” padahal sebenarnya kita menganggap uang tersebut cukup banyak. Begitu pula dengan iklan yang melakukan oversimplification, yang menganggap sederhana hal rumit menjadi mudah, menyepelekan sesuatu. Jika dalam otak kita telah tertanam oversimplification maka pemikiran kita akan selalu negatif.

13.  Melebih-lebihkan Konsistensi
Ketika hubungannya mulai menegang dengan orang lain, orang seringkali melebih-lebihkan konsistensinya demi meneguhkan hubungan mereka. Berdasarkan teori ini, kita menjadikan ketegangan sebagai kekuatan untuk mendorong perubahan perilaku kita agar dapat meredakan ketegangan dengan orang lain supaya relasi kita berimbang dan konsisten. Akan tetapi, seringkali kita lupa dan mengabaikan konflik, sehingga kurang sensitif terhadap konflik dan perbedaan. Padahal, dengan memahami konflik kita dapat mengatasi perbedaan yang mungkin akan menjadi momok dalam suatu hubungan.

14.  Fokus Pada Hal-hal Negatif
Tito Boeri (2010) mengemukakan, komunikasi antarpersona akan terganggu ketika kita terlalu fokus pada hal-hal negatif pada lawan bicara kita sehingga dengan sendirinya kita terdorong untuk mengabaikan hal-hal positif yang terdapat dalam dirinya. Alhasil, komunikasi personal tidak bisa berjalan dengan efektif.

15.  Mengontrol Persepsi
Persepsi akan menjadi ukuran untuk menentukan siapa diri kita sebenarnya. Oleh karena itu, kita diajak untuk “mengontrol persepsi diri” terlebih dulu sebelum “mengontrol persepsi kita terhadap orang lain”. Memeriksa persepsi adalah cara terbaik yang membantu kita memahami orang lain secara akurat sekaligus mencegah kita untuk tidak melakukan asumsi atau penafsiran yang salah tentang orang lain.

16.  Menghindari Tanggung Jawab
Salah satu hambatan presepsi dalam menghindari tanggung jawab ini yakni dengan status social yang melekat diri seseorang. Cara kita menampilkan peranan dapat menunujukan sejauhmana kita bertanggung jawab pada peranan yang dikemas didalam tugas dan fungsi tertentu. Penghindaraan terhadap tanggung jawab dapat terjadi jika seseorang yang seahrusnya bertanggung jawab mengubah presepi dan sikap dia terhadap yang harus dilakukan.
17.  Terlalu Dini Menghubungkan Sebab dan Akibat
Ada kalanya kita mengansumsi bahwa sebuah persepsi dan sikap kita pada saat dapat berubah akibat pengaruh informasi dari media. Contohnya televisi dapat menentukan, mengubah, memperkuat, bahkan memperlemah sikap kita terhadap suatu masalah.
18.  Mengabaikan Keadaan
Titik penting dari persepsi ini adalah mengakui bahwa setiap orang sering membuat keputusan tanpa memperhatikan fakta situasi yang sebenarnya. Contohnya seringkali orang lain membuka mulut untuk mengatakan sesuatu kepada kita, setiap kali orang lain melakukan sesuatu untuk kita, maka mereka sebenarnya mencoba untuk mempengaruhi perilaku kita berdasarkan persepsi mereka. Mereka juga mencoba untuk menghibur kita bahkan membuat kita emosi. Jadi setiap kita berbicara kepada orang lain, kita sedang dipengaruhi oleh orang lain berdasarkan persepsi kita.
19.  Memandang Dikotomi “Baik” dan”Buruk”
Baik dan buruk sebenarnya tidak ada dalam alam semesta, yang ada hanya persepsi yang membingkai realitas. Baik dan buruk didasarkan pada persepsi, persepsi yang baik dan buruk itu sangat tergantung ketika kita merasakan sesuatu. Baik dan buruk adalah suatu penghakiman karena kita telah mempertimbangkan sesuatu lebih baik atau lebih buruk daripada yang lain.






III
Penutup

A.    Kesimpulan
Komunikasi antar persona merupakan jenis komunikasi yang terjadi di antara dua orang atau lebih dan antara komunikator dan komunikannya terdapat umpan balik segera atau feedback langsung. Komunikasi antar persona biasa terjadi saat kita berbincang dengan kawan kelas kita, menghadap dosen kita dan berbicara dengan orang lain. Komunikasi antar persona dapat efektif apabila pelaku komunikasi membahas topik dengan baik dan tepat sasaran, bukan karena banyaknya kata yang diucapkan. Namun, kita harus menghindari hambatan-hambatan yang mungkin dapat menghalangi proses komunikasi agar hubungan antar persona dapat terjalin dengan baik.

B.     Saran
Dalam komunikasi antarpersona terdapat banyak hambatan dan beberapa efektivitas dalam pelaksanaannya. Oleh karena itu, penting untuk kita mempelajari komunikasi antar persona agar efektivitas tersebut dapat dimanfaatkan dengan maksimal sekaligus kita dapat meminimalisir hambatan-hambatan yang mungkin muncul di dalam komunikasi antarpersonal karena setidaknya kita tahu apa-apa saja yang menjadi penyebab ketidakefektivan komunikasi antarpersona.

Daftar Pustaka

Liliweri, Alo. 2015, Komunikasi Antarpersonal, Edisi Pertama, Kencana, Jakarta.
Vino. “Efektifitas Hubungan Interpersonal”, http://komunikasitriseven.blogspot.com/2013/12/
       efektifitas-hubungan-interpersonal.html, diakses pada Kamis, 3 September 2015.
Nisa, Ditta. “Pengertian Komunikasi Antar Pribadi”, http://dittanisa.blogspot.com/2012/07/
      pengertian-komunikasi-antar-pribadi_3215.html, diakses pada Kamis, 3 September 2015.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Analisis Film Berbagi Suami

Review Teori Anxiety/Uncertainty Management dari William Gundykunst