Review Teori Symbolic Interactionism dari George Herbert Mead

Symbolic Interactionism
of George Herbert Mead

Pengantar
George Herbert Mead adalah seorang aktivis sosial, dia juga merupakan profesor filsafat di University of Chicago selama 3 dekade di abad ke-20. Mead meninggal pada tahun 1934. Mead mengklaim bahwa sebagian besar manusia dan kegiatan manusia dapat terlihat dari perbicaraan antara orang yang satu dengan yang lainya. Kemudian Mead berfikir teori apakah yang berguna untuk memecahkan masalah sosial yang kompleks itu.
            Murid Mead, Herbert Blumer dari University of California-Berkeley menciptakan istilah interaksi simbolik. Blumer menyatakan 3 prinsip dasar dari interaksi simbolik
yaitu, makna, bahasa, dan pemikiran. Alasan tersebut sudah pasti digunakan untuk menyimpulkan tentang penciptaan diri dan proses sosialisasi sampai ke masyarakat  yang lebih luas.
            Teori interaksi simbolik ini menurut George Herbert Mead berdasarkan pada filsafat, yaitu pragmatis

Nama Teori   
Dasar teori interaksi simbolik:
1.      Makna: Dasar Dari Realitas Sosial (Meaning: The Construction of Social Reality)
Blumer perpendapat bahwa alasan tindakan manusia terhadap orang lain atau objek  berdasar pada makna yang mereka pahami terhadap manusia atau objek tersebut. Pada awalnya makna tidak memiliki arti, karena adanya proses interaksi maka makna itu memiliki arti yang disepakati bersama. Dalam menghadapi sesuatu, individu bertindak sesuai dengan apa yang dimaknai dalam sebuah situasi tersebut.
2.      Bahasa: Sumber Dari Makna (Language: The source of Meaning)
Alasan kedua Blumer bahwa interaksi sosial menghasilkan makna antara orang yang satu dengan yang lainya. Sebagai makhluk yang memiliki kemampuan untuk menggunakan bahasa, kita bisa memberika nama terhadap suatu benda, menunjukan objek secara lebih detail, mendifinisikan sebuah tidakan, atau menunjukan gagasan yang tidak jelas. Pada dasarnya bahasa merupakan sumber makna yang diberikan seseorang terhadap suatu hal.
3.      Berpikir: Proses Pengambilan Peran Orang Lain (Thought: The Process of Taking The Role of the Other)
Alasan Blumer bahwa penafsiran individu terhadap simbol-simbol telah termodifikasi oleh mereka selama proses berfikir. Interaksi simbolik menjelaskan bahwa proses berpikir sebagai percakapan batin. Sebelum berfikir, kita harus mampu berinteraksi simbolik. Interaksi simbolik menggambarkan bahwa berpikir sebagai pusat komunikasi. Sosialisasi merupakan salah satu cara untuk berinteraksi sosial dengan sesama manusia. Manusia mengenal sosialisasi untuk pertama kalinya di dalam keluarga. Selama proses sosialisasi, manusia mempelajari makna dan simbol. Makna dan simbol yang diterima kemudian di tangkap oleh akalnya, dan mewujudkanya dalam suatu tindakan.
4.      Diri Sendiri: Bayangan di Cermin (The Self: Reflection in a Looking Glass)
Konsep diri berkembang dari sebuah jenis pengambilan peran, dan membayangkan bagaimana kita dilihat oleh orang lain. Diri memiliki kemampuan untuk menerima diri sendiri sebagai sebuah objek, dari perspektif orang lain atau masyarakat. Diri memiliki kemampuan menjadi subjek dan objek (I dan Me). Diri sebagai subjek dapat memberikan tanggapan terhadap apa yang ditujukan kepada orang lain. Diri sebagai objek berarti diri sebagai tujuan dari sebuah tindakan.
5.      Komunitas: Dampak Sosialisasi yang Orang Lain Harapkan (Community: The Socializing Effect of Others Expectation)
Mead melihat komunitas terdiri atas pelaku-pelaku individu yang membuat pilihan untuk mereka. Sebelum mereka menyesuaikan tindakan mereka dengan yang lainya, mereka akan membuat sistem dalam komunitas tersebut. Dalam suatu komunitas, kita diharuskan untuk bisa berinteraksi dengan orang yang ada dalam komunitas itu. Sebagai individu dalam suatu komunitas, kita akan dituntut untuk berperilaku sesuai dengan harapan orang lain.

Critism/Catatan kritis
Teori interaksi simbolik yang dikemukakan oleh Mead melupakan satu hal penting. Dalam pemaparanya, Mead melupakan keterbatasan individu untuk menerima simbol dengan baik. Di dunia ini banyak manusia yang memiliki kekurangan, seperti tidak bisa mendengar, tidak bisa melihat, tidak bisa berbicara, dan memiliki keterbatasan fisik lainya. Dengan keterbatasan yang dimiliki, orang tersebut tidak dapat memaknai hat tersebut dengan baik. Sebagai contoh, orang yang tidak bisa berbicara tentu sangat sulit memaknai hal lewat bahasa. Kesulitan ini dapat mempengaruhi bahasa sebagai sumber makna.

Penerapan
Teori interaksi simbolik dapat diterapkan di dalam kehidupan sehari-hari. Penamaan atau pemberian julukan sering ditujukan terhadap seseorang, penamaan tersebut biasanya bersifat merendahkan. Sering kita mendengar banyak orang dijuluki dengan julukan “hitam”,  “pincang”, “bodoh”, dll. Penamaan tersebut kadang menyakiti hati orang tersebut. Terkadang penamaan tersebut digunakaan sebagai bahan ejekan dan bisa juga sebagai bahan guyonan di depan umum.

Contoh kasus:

Dalam kegiatan kepramukaan sering digunakan simbol-simbol khusus. Contohnya saja pada saat memanggil anggota untuk berkumpul, biasanya salah seorang atau bisa disebut ketua meniupkan peluit dan disertai gerakan anggota tubuh yaitu tangan. Gerakan tangan tersebut mempunyai makna yang berbeda beda. Misalnya untuk anggota penegak, ketua merentangkan kedua tanganya kesamping kanan dan kiri itu artinya anggota berbaris berbanjar. Maka anggota akan otomatis berlari menuju lapangan atau tempat dimana ketua itu berdiri. Selanjutnya anggota akan berbaris sesuai dengan simbol gerakan tangan ketua. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Analisis Film Berbagi Suami

Review Teori Anxiety/Uncertainty Management dari William Gundykunst