Review Teori Cultural Studies dari Stuart Hall

Cultural Studies
of Stuart Hall

Pengantar
Stuart Hall seorang profesor sosiologi di Open University, Milton Keynes, England. Hall meragukan fakta-fakta ilmiah dalam potensi masyarakat untuk mencari berbagai jawaban yang berguna untuk menanyakan tentang pengaruh media. Pengaruh media massa tidak dapat dilihat hanya melalui survey terhadap pembaca surat kabar, pendengar radio, atau penonton televisi. Karena persoalanya lebih dari itu. Hall sendiri banyak dipengaruhi oleh pemikiran Marxis yang melihat bahwa terdapat hubungan kekuatan atau kekuasan dibalik praktek masyarakat, terutama dalam praktek komunikasi massa dan media massa. Teori ini merupakan suatu teori yang menjelaskan tentan
g bagaimana media menanamkan ideologi kepada audiensnya dengan berbagai simbol komunikasi untuk mereflesikan keadaan sosial. Culture studies pada dasarnya merupakan teori yang rumit. Pada dasarnya teori ini mencoba untuk membangkitkan kesadaran kita akan peran media massa dalam memelihara status quo.

Cultural Studies
·         Media sebagai alat ideologis yang kuat
Hall percaya bahwa fungsi media massa untuk mempertahankan kekuasaan  sudah di posisi yang kuat. Hall percaya bahwa media menyajikan dongeng dari demokrasi yang majemuk. Yaitu kepura-puraan bahwa masyarakat menyelenggarakanya secara bersama-sama dengan norma, termasuk peluang yang sama, menghormati perbedaan, satu orang satu suara, hak individu, dan aturan hukum.
·         Awal kritik budaya
Untuk mengetahui teori dari Hall, kita harus mengerti akarnya terlebih dahulu. Para teoritis dari Frankfurt School berargumen bahwa para  kalangan kelas pekerja tidak membantah karena hukum, media secara efektif dalam menyesuaikan pesan yang mendukung sistem kapitalis. Media berita dan hiburan menampilkan sebuah gambaran di dunia bahwa kapitalisme merupak suatu yang alami, abadi, dan tidak bisa dirubah.
·         Membuat makna
Dalam bukunya yang berjudul Representation, Hall menyatakan bahwa fungsi utama dari ceramah adalah untuk membuat makna. Banyak mahasiswa komunikasi akan setuju bahwa tutur kata dan tanda lain tidak berisi makna yang terkandung. Menurut Hall, orang belajar tentang tanda-tanda melalui komunikasi dan budaya.
·         Kendali perusahaan terhadap komunikasi massa
Hall berusaha mengalihkan studi komunikasi dari pembagian bidang yang dicerminkan dalam organisasi: hubungan pembangunan, pengaruh, dampak media, gender dan komunikasi, dll. Dia percaya bahwa kita bisa belajar mempersatukan atmosfer dimana mereka semua terjadi dan darimana mereka berasal. Ia juga menyatakan bahwa perlu mempelajari hubungan kekuatan dengan struktur sosial.
·         Peran media  saat perang teluk
Hall berpendapat bahwa apa yang diberitakan media massa selama perang teluk merupakan proses pembentukan wacana dimana pesan yang pertama disandikan oleh media massa, kemudian diuraikan, diterima, dan dilakukan oleh penonton. Sementara semua ide-ide yang lainya tidak diucapkan. Hall menyebut ini hegemonic encoding. Kellner menyatakan bahwa istilah ini menggambarkan praktek media sebenarnya selama perang teluk.
·         Penonton yang keras kepala
Hall menyebut kemungkinan the powerless dapat melawan ideology dominan dan menerjemahkan pesan melalui cara yang lebih sesuai dengan kepentingan mereka. Hall menguraikan 3 pilihan decoding:
1.      Operating inside the dominant code
Media menghasilkan pesan untuk dikonsumsi massa. Penonton membaca pesan serupa dengan bacaan yang disukai.
2.      Applying a negotiable code
Penonton menerima ideology secara umum tapi menentang aplikasi di perkara yang spesifik.
3.      Substituting an oppositional code
Penonton melihat melalui bias pembangunan dalam menampilkan media dan menyusun upaya untuk mendemitologikan (mendewkan atau menyanjung) berita.


Critism
Tanpa standar kebenaran, tampaknya analisi budaya Hall tidak mungkin bisa mnegevaluasi kualitas dari kritik media. Hall menyajikan bidang dari komunikasi massa baik dengan mengidentifikasikan ideologi yang tersembunyi, tapi masih memberikan tidak ada dasar untuk lebih menyukai satu dari yang lain. Sehingga berkibat bahwa analisis kultural merupakan  tindakan kesetiaan atas pilihan priadi.

Penerapan
Teori Cultural Studies dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Hall mengingatkan bahwa pembicaraan tentang makna dengan tidak mempedulikan adanya keberadaan power maka akan menjadi sia-sia. Seseorang yang memiliki power dapat berguna untuk mempengaruhi pemikiran orang banyak. Namun orang yang sedikit memiliki power atau bahkan tidak memiliki power sulit untuk memengaruhi pemikiran orang banyak.

Contoh Kasus
Media sering menyajikan berbagai macam berita mengenai pemilu 2014 tahun lalu. Berita tersebut disajikan oleh media yang kemudian diuraikan dan diterima lalu kita memberikan tindakan kepada berita yang disampaikan oleh media. Sebagai contoh stasiun TVONE sering memberitakan keburukan tentang lawan capres Prabowo yaitu Jokowi. Berita tersebut kemudian membentuk pandangan masyarakat terhadap Jokowi. Masyarakat lalu lupa pada moralitas bahwa menjelek jelekan lawan membentuk pola pikir masyarakat bahwa tidak ada hal yang lebih baik dalam sosok Jokowi.









Komentar

  1. Hallo. Mau tanya nih, ini refensi bukunya apa aja ya? Saya butuh buku menegenai teori stuart hall. Mohon infonya.. terima kasih.. :)

    BalasHapus
  2. Pagi.. maaf saya mau tanya..
    Buku Em Griffin setahu saya sangat tua sekali, karena saya pernah melihat milik dosen saya.. apa di toko buku ada edisi baru?
    buku elektroniknya apakah ada?
    Trima kasih

    BalasHapus
  3. Kalau untuk di toko ada atau tidak saya kurang tau. coba cek google, biasanya ada file pdf setiap chapternya.

    BalasHapus
  4. Terimakasih,sangat membantu 😊

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Analisis Film Berbagi Suami

Review Teori Anxiety/Uncertainty Management dari William Gundykunst